Wednesday 8 July 2020

gagal

Hai..
Lama ya nggak ketemu.
Setelah bertekad mau nulis tiap hari, terus ngilang. Sepertinya tekad saya seperti donat, bulat tapi tengahnya berlubang.

Sebagai manusia yang lebih sering berpikiran positif, entah kenapa hari ini drop juga. Ketika dengar adik ipar hamil (sedangkan saya belum), saya ikut senang. Bahkan berdoa agar adik ipar saya dan calon bayinya selalu sehat di tengah pandemi ini. Namun, kita nggak bisa membuat semua orang bahagia kan?

Kadang manusia terlalu jahat, asal memberi label padahal tidak terlalu kenal. Saya dicap sebagai wanita gagal, hanya karena belum hamil. Apa kesuksesan-kesuksesan yang pernah saya raih tidak ada artinya dibanding dengan kebelumhamilan saya? Maaf ngegas.

Rupanya menjadi pelajar berprestasi saat sekolah tetap dicap gagal bila belum hamil. Rupanya masuk universitas bergengsi lewat jalur prestasi masih kalah sama yang cepat hamil. Rupanya dapat dua beasiswa waktu kuliah tidak ada apa-apanya dengan yang langsung hamil habis nikah. Rupanya masuk perusahaan multinasional kalah gengsi sama yang kasih tespek dua garis.

Bagi yang sudah hamil, apakah sudah pasti sukses?
Belum pemirsaaaaah..
Kalian akan tetep dicap gagal kalo lahiran sesar, tetap gagal kalo cuma bisa kasih susu formula, dan masih banyak cap gagal kalo anak tidak sesuai tumbuh kembangnya.

Rupanya, manusia cenderung memberi label gagal, agar dirinya merasa beruntung dan bersyukur. Agak lucu sebenarnya, kenapa bersyukur harus melihat ujian oranglain dulu? Toh kita semua diberi ujian yang berbeda-beda. Ibarat ujian nasional tipe A sama B, bobotnya sama, tapi anak yang pegang soal A nengok soal B, kebetulan yang dia lihat soal yang susah, sedangkan dia masih ngerjain halaman pertama yang masih gampang, terus dia merasa bersyukur nggak dapet soal B. Gimana? Ntar kalo masuk halaman berikutnya terus susah dibilangnya karma. Repot emang.

Belom nemu ending yang bagus nih. Segini dulu aja soalnya lagi kesel banget..wkwkwkwkwk

No comments:

Post a Comment