Tuesday 29 October 2013

frekuensi

Hai hai, saya ngerasa udah lama nggak menjamah dunia blogger nih.. Puisi kemaren aja saya nulisnya di hape, nggak di sini langsung. Entah, kurang unyu aja rasanya. Nah, sekarang mumpung semangat saya udah terkumpul, saya mau nulis riset saya akhir-akhir ini. Apa tuh? Jeng jeng jeng jeng...

Dalam hidup ini, saya membagi 2 jenis manusia. Yang se-frekuensi sama kita dan yang beda frekuensi sama kita. Nah, menurut kalian yang mana jenis manusia yang lebih cocok sebagai pendamping hidup kita?

Manusia se-frekuensi akan lebih mudah memahami karakter kita, tau banget apa mau kita, dan bisa banget bikin kita bahagia. Karena manusia se-frekuensi ya sedikit banyak mirip dengan diri kita, jadi bisa merasakan apa yang kita rasa. Lebih peka sama kita. Enak loooh punya pasangan jenis ini, bisa dimanjain terus...

Sebaliknya, manusia beda frekuensi berarti orang yang beda banget sama kita. Misal kita orang ekstrovert, dia orang introvert. Seakan kita hidup di dunia yang berbeda. Dia sukanya apa, kita sukanya apa. Beda. Dari segi sifat pun beda. Dan itu yang membuat dia lebih sulit dalam memahami karakter kita, apa yang kita mau, dan kurang peka terhadap apa yang kita rasa. Harus sabar loooh punya pasangan jenis ini...

Terus, mana yang lebih baik?
Ya saya nggak tau ya mana yang lebih baik, soalnya kita mempunyai selera yang berbeda. Kalo saya sih menganggap manusia se-frekuensi lebih enak dijadikan pasangan. Pacar maksudnya. Iya, pacar. Bukan suami. Saya lebih suka menjadikan manusia beda frekuensi sebagai teman hidup saya, yang menemani saya hingga ajal menjemput*haish..hahahahaaa...

Nah, ini riset yang saya lakukan selama ini dengan beberapa cowok. Saya mencoba berhubungan dengan 3 cowok se-frekuensi dan 3 cowok beda frekuensi. Dan saya lebih betah (dan lebih lama) berhubungan dengan cowok beda frekuensi. Kenapaaa? 

Cowok se-frekuensi memang memberi rasa nyaman, memberi kebahagiaan, dan tau apa yang saya inginkan. Dan hal itu membuat saya bosan. Cowok se-frekuensi seakan hanya mengiyakan apa yang saya katakan dan tidak memberi sisi pikir lain. Semuanya sejalan dengan apa yang saya pikir, dan apa yang saya rasa. Saya bosan. Seakan saya sudah tau apa yang akan mereka lakukan tanpa harus menebak-nebak.

Sedangkan cowok beda frekuensi sangat bisa membuat saya sewot setiap hari. Rajin membuat saya jengkel dan gemas. 'Kok nggak bisa ngertiin aku sih???' itu yang setiap hari saya pikir. Ya, memang berhubungan dengan cowok tipe ini butuh kesabaran ekstra. Kesabaran untuk tidak dipahami, ya kemauan kita, ya emosi kita. Jangan berharap banyak bisa dimengerti. Tapi yang membuat saya bertahan adalah cowok tipe ini tau apa yang saya butuhkan, mampu berpikir dari sisi yang berbeda dengan kita, dan jelas tipe cowok ini mampu melengkapi hidup kita. Ibarat paduan suara, lagu nggak akan enak kalo hanya ada sopran dan tenor, butuh alto dan bass untuk menyeimbangkan. Sehingga frekuensi tinggi bisa diredam dengan frekuensi rendah, yang akhirnya lebur, dan menjadi melodi yang lebih enak didengar.

No comments:

Post a Comment