Thursday 21 April 2016

Menyalahi Ibu Kartini

Halooooo...
Selamat Hari Kartini, para perempuan Indonesia..
Di postingan ini saya akan mencoba menuliskan beberapa pemikiran saya, yang mungkin sedikit kontroversial. Selamat membaca : D

Kartini masa kini..
Ada yang tau artinya?
Kartini masa kini digambarkan sebagai wanita yang cerdas, intelektual, dan memiliki karir menawan. Ulalaaa~ Saya setuju, dan sedikit tidak setuju. Kenapa? Yok kita bahas..

Ibu Kartini memperjuangkan yang namanya emansipasi wanita, yang merupakan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan dalam hal apa? Dulu, perempuan banyak tidak bolehnya. Tidak boleh sekolah, tidak boleh mengemukakan pendapat, dan tidak boleh-tidak boleh lainnya. Nah, di sinilah Ibu Kartini berjuang untuk menyetarakan hak antara laki-laki dan perempuan. Perempuan juga berhak mengenyam bangku pendidikan, serta mengemukakan pendapat, dan mengambangkan intelektualitas. Untuk apa? Untuk masa depan Indonesia. Itulah cita-cita Ibu Kartini yang sangat mulia. Beliau memiliki cita-cita bukan hanya untuk dirinya sendiri, namun untuk bangsa dan negara, sekalipun itu menentang adat. Supeeeerrrrr...

Ibu Kartini ingin perempuan di Indonesia berpendidikan, memiliki kecerdasan untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa. Siapa? Ya anak-anak kita. Bayangkan, satu ibu cerdas menghasilkan anak-anak yang cerdas. Eits, dalam hal ini cerdas saja tidak cukup. Untuk menularkan kecerdasan kita kepada anak, kita harus berinteraksi langsung dengan anak dong. Contohnya gini, lebih masuk mana, pelajaran yang diajarkan guru dengan telaten, atau pelajaran yang gurunya nyuruh kita bcelajar sendiri? Saya sih lebih mudeng kalo diajarin sama guru ya. Nah, sayangnya perempuan jaman sekarang lebih mementingkan karir daripada anak-anaknya. Mirissss dan syedih bingittt... Weits, saya nggak bilang semua wanita karir kayak gitu yaaa.. Saya tau banget kenapa perempuan berkarir, bisa untuk menggapai cita-citanya atau bisa menyiapkan uang lebih untuk rumah tangga serta masa depan anak-anaknya. Sayangnya masa depan yang dimaksud di sini adalah urusan materi. Demi karir tersebut, perempuan lantas melalaikan tugasnya sebagai seorang ibu, atau bahkan ada yang melalaikan tugasnya sebagai seorang istri *ups.. Padahal Ibu Kartini ingin perempuan juga menempuh pendidikan, karena ibu adalah sekolah nomor wahid dari anak-anaknya. Dari situ lah terbentuk apa yang namanya pola pikir dan pengembangan karakter. Perempuan sekolah tinggi-tinggi, tapi anaknya diasuh baby sitter yang *maaf* mungkin secara pendidikan ada di bawah ibu kandungnya. Buat apa kaaaan... Tapi saya nggak pernah menyalahkan kalo ada perempuan yang mengejar cita-citanya tanpa melalaikan tugas dan kewajibannya sebagai seorang anak, istri, ataupun ibu. Bahkan saya kagum dengan perempuan-perempuan seperti itu.

Ibu Kartini tak hanya cerdas, namun juga sosok yang intelek. Beliau mengungkapkan pendapatnya dengan kata-kata yang sopan dan berisi. Bedanya dengan sekarang, perempuan kini lebih senang menghujat, atau bahasanya jadi haters. Sukanya menggunjing, menghujat, bergosip, dan memaki. Saya salut dengan orang-orang yang bila tidak suka, lebih memilih diam, atau lebih baik lagi jika memberi saran dengan kata-kata sopan. Hal tersebut menunjukkan sikap bahwa kita perempuan yang berpendidikan. Tidak hanya berkoar-koar di media sosial, dan tidak melakukan sesuatu hal yang lebih baik dari yang dihujat. Tidak, Ibu Kartini tidak pernah menginginkan perempuan Indonesia memiliki karakter dan kepribadian seperti hater. Mengungkapkan pendapat memang hak segala bangsa, namun ingat setiap manusia selain punya hak, kita juga punya hati.. dan agama.

Menjadikan Ibu Kartini sebagai teladan, memang susah-susah gampang. Jadilah perempuan yang cerdas, lembut, dan memiliki hati nurani. Kartini masa kini sepantasnya adalah yang semangat dalam menimba ilmu, rendah hati, gigih memperjuangkan cita-citanya, sopan santun, dan menghormati orangtua. Tidak hanya meminta haknya, namun juga tidak lupa mengerjakan kewajibannya.

Jadi apakah saya sudah menjadi kartini masa kini?
Tentu saja belum.. Namun saya berusaha untuk menanamkan teladan Ibu Kartini pada diri saya, dan pada diri anak saya kelak (kalo anaknya perempuan, kalo anaknya laki-laki kartono dong).

Sampai sini dulu yaa..
BTW, Kartini juga pengen perempuan-perempuan Indonesia rajin nulis.
Yuk nulis..

*Iyeee, saya juga berusaha buat terus nulis deh.. Hahahahahaaa...

Daaaaaah~

7 comments:

  1. Setuju banget sama tulisan ini, serius bagus bangeeeet. Aku baru pertama kali kesini dan suka hahaha :D Salam Kenal yaaa..

    Aku setuju jadi kartini dizaman sekarang emang susah, tapi coba dullu sih.. Harus rajin nulis donggg!

    ReplyDelete
  2. Sebenernya cita-cita Kartini itu sederhana, ingin belajar, ingin menuntut ilmu sama seperti laki-laki. Tapi kalo toh teryata 'kesetaraan' tersebut disalah artikan, emansipasi pun akhirnya kebablasan. Wanita banyak yang lupa dengan kodrat awalnya! Wahahaha, aku ngomong opoo???

    ReplyDelete
  3. Sosok Kartini di jaman sekarang itu kayaknya menjadi hal yang langka ya mbak -_-

    ReplyDelete
  4. Kartini-kartini modern seperti sekarang memang bagus banget, apalagi yang berkecimpung di dunia tulis menulis. Seperti Mbak Ruwi Meita, dan Dee Lesatri. Tetap semaangat yah, kartini-kartini muda lainnya :)

    ReplyDelete
  5. Gue sebagai golongan kartono mau ngomong nih soal kartini yang katanya "kartini masa kini". gue sependapat sama tulisan mbaknyaa ini. banyak wanita-wanita yang salah mengartikan kartini masa kini *nggak semua juga* yang katanya harus berpendidikan tinggi dan berkarir yang bagus tapi wanita tetap wanita, jangan melupakan kodratnya sebagai seorang wanita, menjadi seorang istri bagi suaminya, menjadi seorang ibu bagi anaknya. jangan sampai semua itu ditinggalkan karena alasan "karir". kewajiban harus tetap dilaksankan. selamat hari kartini.

    btw baru pertama nih main kesini, salam kenal yaak :)

    ReplyDelete
  6. Kalo kartini memperjuangkan kesetaraan gander harusnya gak dibeda-bedain ya. Kenapa kalo mau pacaran cowok harus yang nembak,itu gak setara. Kalo cowok mukul cewek dibilang cemen beraninya sama cewek, padahal kan udah setara.

    ReplyDelete