Monday 11 November 2019

Quarter Life Crisis

Hai..
Setelah saya pikir-pikir, mungkin ada baiknya kalo saya mulai nulis tiap hari (lagi). Sebelumnya saya nggak tau kalo blogger ada applikasinya..wkwkwkwwk.. Saya nggak sedang bersama laptop saya untuk waktu yang lumayan lama. Setelah resmi menjadi ibu rumah tangga (pengangguran), saya lebih menghabiskan waktu untuk nonton film-film yang belom pernah saya tonton (padahal sudah bertahun-tahun nongkrong di hardisk 2Tb saya). Dan setelah saya download app blogger, di sini saya coba lagi untuk rutin menulis. Jadi maklumi ya kalo nggak rapi..

Di usia 27 tahun ini saya merasa menjadi pribadi yang berbeda dengan saya di usia 17. Banyak yang bilang di umur 20an kita bakal mengalami yang namanya quarter life crisis. Apakah saya mengalami? Mungkin.

Quarter life crisis biasanya ditandai dengan kehilangan percaya diri hingga menanyakan apa tujuan hidup dan mau dibawa kemana hidup saya. Mungkin banyak yang lebih galau daripada anak SMA. Pertanyaan kapan nikah, kapan punya anak, kapan anaknya punya adek, kerja dimana, gaji berapa, seolah-olah itu pertanyaan default bagi usia ini. Menurut khalayak, pertanyaan ini sangat wajar. Kalau menurut saya, basa basi yang basi.

Tidak semua orang siap dengan pertanyaan basi. Orang yang masih fokus karir bakal gerah ditanya kapan nikah, dan yang sudah lama nikah bakal sedih kalo ditanya kapan punya anak. Bahkan yang baru lahiran juga bakal kesal kalo ditanya kapan mau ngasih adek. Seriously, emang nggak ada pertanyaan lain yang lebih menunjukkan perhatian gitu ya? 

Di usia ini bahkan saya lebih merasa insecure, takut ditinggalkan hanya karena masalah sepele. Misal suami bilang, kok kamu keliatan tua ya? Besoknya saya bakal beli skinker anti aging yang harganya selangit. Serius. Nggak cuma saya, teman saya pun yang habis lahiran dibilang gendutan, besoknya langsung mati-matian olahraga. Padahal menurut kita kan wajar kalo habis lahiran jadi gendut dan hampir kepala tiga udah kayak ibu-ibu. Percayalah, apa yang menurut kita 'yaelah, gitu doang' buat orang lain mungkin adalah hal besar.

Saya pribadi lebih ingin menjaga kewarasan saya dengan cara memperkecil lingkaran pertemanan, dan menghindari hal-hal yang berbau toxic, akun gosip misalnya. Saya menghindari hate comment dan fokus pada tujuan hidup saya. Bahagia.

No comments:

Post a Comment