Tuesday 27 November 2012

rencana hidup

Dalam hidup, kita harus punya tujuan, harus punya rencana. Apa aja yang mau kita lakuin hari ini? Apa aja yang mau kita lakuin besok? Besok lusa? Satu minggu ini? Satu bulan ini? Satu tahun ini? Dua tahun ini? Dan seterusnya. Target kita apa dalam satu minggu? Satu bulan? Satu tahun? Dua tahun? Dan seterusnya. Hal-hal macem begini ini lumayan penting kita lakuin biar kita nggak terombang-ambing dalam kegalauan hidup. Hehehehehee... Kalo kita punya target, punya tujuan yang jelas, hidup itu jadi lebih bermakna gitu. Nggak abstrak. Nggak ngalor ngidul nggak jelas.

Dalam menyusun rencana hidup, jangan bikin rencana-rencana yang sifatnya kaku. Bikin yang lebih fleksibel. Karena, apa yang kita rencanakan hari ini belum tentu sesuai sama yang terjadi besok kan? Lah kalo kita bikin rencana yang sifatnya kaku, kita bakal lebih stres kalo ternyata rencana itu tidak dapat terlaksanakan sesuai rencana-->mbulet-,-". Nah, itu lah perlunya kita bikin yang namanya plan A, plan B, plan C, sampe plan Z. Kalo ternyata dari plan A sampe plan Z tiba-tiba ada sesuatu yang bikin kita nggak bisa mencapai target gimana? Ya ada dua sih yang bisa dilakuin. Yang pertama, banting setir. Yang kedua, mundur satu langkah untuk bisa maju dua langkah.

Contoh kasus: waktu SMA kita pengen jadi dokter, tapi kita malah keterima di jurusan teknik.
1. Banting setir
Kalo kita milih banting setir, ya artinya kita harus menjalani kehidupan (yang pada akhirnya akan menjadi) engineer. Kita harus menyesuaikan diri dengan lingkungan anak teknik, menikmati setiap mata kuliahnya meskipun sering nggak paham, tapi kita harus tetep berusaha dan menemukan passionnya. Kita udah milih buat banting setir kok. Resikonya, kita bisa-bisa nggak nemuin passion dan berhenti di tengah jalan. Nyasar. Jadi kita kurang bisa maksimal buat ngelakuinnya.

2. Mundur satu langkah untuk maju dua langkah
Saking pengennya jadi dokter, kita milih ikut SNMPTN taun depan, misalnya. Ya otomatis satu tahun ini kita buat belajar lagi kan? Resikonya: kita membutuhkan waktu tempuh yang lebih panjang. Belum tentu juga kita nggak nemuin penghalang lain setelah kita jalan lagi. Tapi enaknya, kita jadi bisa lebih fokus dan kemauan kita lebih gede, karena kita udah pernah gagal dan udah mencoba bangkit lagi dari kegagalan.

Kita boleh jadi perencana yang hebat, bisa merencanakan secara detail kemungkinan-kemungkinan apa saja yang kira-kira akan terjadi dan cara mengatasinya. Tapi, jangan hanya jadi perencana hebat. Jangan hanya menempel rencana hidup di dinding kamar kalo cuma buat kita lihat tanpa ada niatan buat menandai kalo itu sudah kita lakukan. Iya, yang terpenting dari merencanakan adalah melaksanakan. Percuma aja kalo rencana itu cuma jadi rencana, tanpa ada realisasi apa-apa. Jadi, lakukan. Darimana? Dari yang paling mudah buat dimulai.

*ngomong di depan cermin*

No comments:

Post a Comment